Kamis, 17 Januari 2019/23:26
Harapan indahku pernah hancur berserakan dihantam pengumuman SBMPTN 2017. Aku sudah menyusun planning jauh-jauh hari dan ternyata bukan rezekiku disana. Setahun kemudian SBMPTN 2018 juga kujajal. Berbagai persiapan dari latihan sampai meminjam buku bimbel dari teman yang sudah lulus SBMPTN 2017 pun kulakukan. Tapi apa? Toh aku tetap gagal juga. Kalau saja aku anak orang kaya mungkin aku bisa bimbel di GO dan tembus PTN idaman diluar sana. Tapi apa? Kenyataannya aku dilahirkan dari keluarga ekonomi menengah kebawah. Boro-boro dileskan, untuk makan sehari-sehari lancar saja sudah sangat bersyukur sekali. Lagipula apa aku ini? Aku ga sepintar
mereka-mereka yang punya otak encer dan bisa lulus di PTN idaman meskipun dari keluarga yang ekonominya lebih rendah daripada aku. Aku bisa apa? Selain meratapi nasib dan membuat coretan-coretan sampah tidak berguna seperti ini? Kau boleh katakan aku manusia yang tidak pandai bersyukur.
mereka-mereka yang punya otak encer dan bisa lulus di PTN idaman meskipun dari keluarga yang ekonominya lebih rendah daripada aku. Aku bisa apa? Selain meratapi nasib dan membuat coretan-coretan sampah tidak berguna seperti ini? Kau boleh katakan aku manusia yang tidak pandai bersyukur.
Tak ada pilihan lain jadi kuambil UM UINSU. Alhamdulillah lulus pilihan pertama. Dari awal aku tak ada niat untuk kuliah disini. Tak lebih, kuliah di uinsu hanya pelarian dari kekecewaanku tak lulus SBMPTN diluar sana. Iya, aku salah sudah remeh sedari awal. Sampai masa perkuliahan pun kulewati dengan niat setengah-setengah. Banyak mata kuliah kulewati tanpa sungguh-sungguh untuk mengikutinya. Alhasil apa yang kudapat? Satupun mata kuliah tak ada yang kukuasai.
Siang ini kubuka portal uinsu. Kecewa, kecewa pastinya. Salah memang karena sudah remeh dari awal. Di mata kuliah pak Abbas aku mendapatkan nilai Cantik alias C. Sedangkan teman-teman yang lainnya dapat A atau B. OK, awalnya aku biasa saja sampai akhirnya aku sadar sepertinya di kelas hanya aku saja yang dapat C. Sakit rasanya melihat bacotan teman-teman di grup yang tidak puas mendapat nilai B. Memangnya aku ini apa? Aku lebih parah dari kalian. Kenapa kalian ga bersyukur dapat nilai B sedangkan disini cuma aku sendiri yang dapat C?
Ada 2 orang teman yang coba membantuku mengatasi masalah ini. Sitha dan Abil. Dari semua temanku mungkin cuma Abil yang begitu peduli sampai menanyakan ke semua teman grup tentang bagaimana solusi untuk nilai C ku walau akhirnyakami tahu tak ada pilihan lain selain mengulang mata kuliah di semester 3. Tapi setidaknya aku merasa terhibur, karena ternyata masih ada juga temanku yang peduli dan gak masa bodoh.
Aku mencoba menghibur diri sendiri dengan menonton anime, tapi itu tidak membantu sama sekali hingga kumatikan laptopku. Coba tidur, tapi takbisa.Di kamar kost yang gelap ini aku menangkupkan selimut ke wajahku menangis sekuat-kuatnya. Tapi dekapan selimut pada wajahku sukses menyumpal suara tangisku. Sabar? Sabar kata kalian? Untuk sekarang biarlah aku menggalau dulu disini. Barangakali tak ada yang iseng membuka blog cengeng ini dan membacanya.
Apa aku diciptakan sebagai orang yang selalu menggalau?
Ntahlah, hanya ini yang bisa kulakukan untuk mengurangi sakit hati. Tapi bagaimanapun aku juga tahu Allaah tidak akan menguji seseorang melebihi batas kemampuannya.
Terlepas apakah hanya aku yang mengulang matkul pak Abbas semester 3, atau hanya aku yang nilainya paling jelek di kelas, yang pasti aku dapat nilai C karena ada rencana menakjubkan Allaah dibalik semua itu. Toh dengan tidak diterimanya aku di SBMPTN bisa mengantarkan aku untuk mengenal teman-teman di PAI-5 2018 seperti sekarang.
puk..puk..puk... "Kamu hebat Mi... kamu hebat..." kata hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar